Senin, Januari 14, 2008

Apa Yang Seharusnya Aku Katakan

Pagi ini dalam inbox Microsoft Outlook-ku ada email dari teman yang aku kenal lewat milis XL-mania yang menanyakan kabarku terkait dengan luapan lumpur panas di Porong Sidoarjo yang lebih dikenal sebagai Lumpur Lapindo. Dia bertanya, "lumpur-panas-nya ndak sampai ke kota pak zam ' bukan?"

Aku tidak tahu mesti bilang apa ketika lumpur panas lapindo masih jauh dari tempat tinggalku.

AlhamduliLlah...???

Di saat penduduk Porong yang harta bendanya tenggelam oleh lumpur dan terus berjuang untuk mendapatkan hak-haknya yang dirampas oleh korupsi, kolusi dan nepotisme antara modal dan kekuasaan. Kok rasanya egois banget, ya, kalau aku harus bilang begitu...

Aku teringat tulisan KH. Mustofa Bisri di Harian Jawa Pos di tahun baru 2005 terkait dengan gempa dan tsunami Aceh yang di antaranya tentang bagaimana seorang ulama’ abad pertengahan beristighfar selama 30 tahun untuk 1 kali alhamduliLlah yang beliau ucapkan.

Beliau beristighfar karena terlanjur “bersyukur” oleh sebab tokonya di Baghdad selamat dari kebakaran yang terjadi saat itu.

1 komentar:

  1. Betul Zam.., harus hati-hati. Andaikan salah satu saudaraku bukan bagian dari korban lumpur Lapindo, mungkin aku nggak bakal tahu bagaimana perihnya dipermainkan orang2 yg berkuasa dengan uangnya.

    Salam,
    budisan

    BalasHapus

Bahagia dan terima kasih untuk komentar yang diberikan...