Rabu, Mei 11, 2011

Cita-cita Umar

Semalam menjelang tidur Umar mengungkapkan cita-citanya.
"Bi, nanti kalau aku sudah besar aku pingin jadi dosen..."

"Boleh", jawabku singkat.

Sepertinya Umar terinspirasi karena sebelumnya dia sama kakaknya, Nasywa, diajak Ummi'nya ke STIMATA untuk mengajar.
Nasywa dan Umar terpaksa harus diajak karena tante mereka, Tante Poppy, yang biasa menemani kala Ummi' mereka mengajar harus kuliah malam.

Selasa, Agustus 10, 2010

Semangat Umar

AlhamduliLlah rasa syukur aku panjatkan atas anak-anak yang semoga sholih-sholihah semuanya.

Juga, dengan apa yang ada dalam diri Umar akhir-akhir ini, bagaimana begitu semangatnya dia bersekolah. Semoga saja semangat itu mengisi hari-hari dia hingga dewasa kelak. Semangat untuk selalu haus akan ilmu yang untuk kemudian diamalkan, terutama buat Islam dan umatnya, juga bagi bangsa dan negeri ini.

Ahad malam dua hari yang lalu ketika jam di hp-ku belum genap pukul 21.00, Umar memakai kaos kakinya yang baru dibeli di siang hari ahad itu dan menenteng tasnya minta diantar sekolah..
"Le, kalau malam gini sekolahmu ya masih tutup. Besok, ya.", aku menanggapi permintaan Umar.

-oOo-

Semalam waktu pulang kerja, seperti biasa aku dijemput istriku di Tasikmadu. Dari belakang saat berboncengan denganku, istriku cerita kalau Umar sakit dan mengeluhkan telinganya..
Sesampai di rumah aku lihat Umar sudah lelap dan saat kupegang beberapa bagian badannya kurasakan suhu tubuhnya normal.

Selang satu jam lebih dari kedatanganku, Umar terbangun dan rewel. Aku gendong dan coba tidurkan dia lagi. Setelah beberapa lama akhirnya berhasil juga aku menidurkan Umar..
Dini hari saat aku bangun, aku coba pegang-pegang lagi badan Umar, dan kudapati suhu tubuh yang panas sementara obat penurun panas sudah habis beberapa waktu lalu.

Jam lima lebih. Setelah mempersiapkan Nasywa untuk sekolah aku bilang ke istriku agar Umar tidak sekolah dulu. Hal itu juga aku sampaikan ke Umar untuk tidak sekolah dulu karena dia masih sakit, namun Umar langsung bangkit, bergegas ke kamar depan dan kemudian membuka rak pakaiannya untuk menunjuki aku seragam olah raga yang baru diterimanya kemarin.

"Bi, sekarang aku sekolah pake seragam oranye. Besok pakai seragam olah raga...", kata Umar sambil berlari ke kamar mandi karena sudah tidak bisa menahan kebelet pipisnya lebih lama lagi...

Minggu, Juni 06, 2010

Roda Empat ke Roda Dua

Setelah hampir 4 tahun memiliki sepeda roda dua dengan dua roda kecil tambahan di belakang, hari ini menjadi hari pertama Nasywa bersepeda tanpa dua roda pembantu itu.

Sepulang mengikuti tastqif di SD Al-Irsyad tadi, Nasywa mengingatkan permintaannya kemarin yang sebenarnya sudah pernah dilontarkan beberapa waktu lalu agar dua roda kecil di bagian belakang sepedanya dilepas, karena dia sudah percaya diri bersepeda tanpa dua roda bantuan.

Aku ambil kunci mur-baut nomor 14. "Dibantu" Nasywa dan Umar, akhirnya sepeda Nasywa berubah dari beroda empat menjadi beroda dua.

Segera setelah aku kuatkan kembali mur pada sumbu roda ban belakang, Nasywa membawa sepedanya ke jalanan di depan rumah.

Ada rasa yang membuncah melihat sulungku bersepeda roda dua untuk kali pertamanya. Aku masuk ke dalam rumah dan mengabarkan hal itu kepada istriku yang tengah menyuapi Amru, bergegas dia ke depan rumah dan tersenyum lepas melihat Nasywa bersepeda roda dua untuk pertama kalinya.

Jumat, November 13, 2009

Menentukan Arah Kiblat

Setelah memasuki pekan kedua di tempat kerja yang baru, dimana segala hal masih belum tertata rapi, termasuk tempat sholat, sehingga baru kemarin terpikirkan arah kiblat yang selama hampir dua pekan dipakai sudah benar apa belum. Kalau mulai hari pertama sampai dua hari yang lalu arah kiblat langsung lurus dengan bangunan, mulai kemarin teman dari Semarang mengusulkan agak serong ke kanan. Dia menyatakan, tanpa bantuan kompas, bahwa bangunan menghadap ke timur, sehingga untuk sholat menghadap ke arah belakang gedung dengan sedikit serong ke kanan.

Malam harinya aku penasaran, apa benar arah kiblat kami dalam sholat yang "difatwakan" teman dari Semarang tadi... Kebetulan pas akses internet aku coba googling dan ketemu situs untuk mengetahui arah kiblat, salah satunya: http://www.al-habib.info/qibla-pointer/index_id.htm

Bermula dari situ aku ingin mengetahui arah kiblat dari beberapa masjid yang aku sering sholat di dalamnya. Pertama masjid di kota kelahiranku, mBatu, yaitu Masjid An-Nur.

Aku yakin para pendiri masjid itu dalam menentukan arah kiblat tidak dengan bantuan internet. Bisa jadi dilakukan cara konvensional, yaitu mengarahkan pandangan ke arah matahari saat tepat berada di atas Ka'bah, dimana setiap tahun ada dua waktu. 28 Mei pukul 16:18 WIB dan tanggal 16 Juli pukul 16:27 WIB.

Nah, dari situs yang aku tulis di atas, Masjid An-Nur terlihat pas mengarah ke kiblat.


Dari situ aku jadi ingin mengetahui arah kiblat masjid lain yang aku kenal. Masjid Jamek Kota Malang dan Masjid Manarul Ilmi Institut Teknologi Sepuluh Nopember - ITS- Surabaya.
Ternyata mengacu dari situs itu, arah kiblat dua masjid yang kusebut terakhir kalau diambil tegak lurus dengan bangunan ternyata kurang tepat.

Masjid Jamek Malang:


Masjid Manarul Ilmi:

Jumat, Oktober 09, 2009

Ganti Cita-cita

Kalau dulu pernah mengungkapkan cita-citanya nanti yang ingin menjadi guru sekaligus ibu, tadi malam Nasywa mengungkapkan cita-cita "barunya".

"Besok aku mau jadi bidan, biar bisa nggendong adik bayi. Aku seneng, soalnya lucu..."

Jumat, Juni 05, 2009

Buburnya Abi Part 2

Baru saja menerima hasil check-up yang dilakukan pertengahan bulan kemarin di tempatku bekerja.
Kesimpulannya:
Hypercol, Harus diet
Tahun ini rasanya aku overconfidence setelah tahun lalu turun dari tahun sebelumnya, maka aku yakin tahun ini semakin turun dengan rajinnya aku mengkonsumsi Quaker Oats. Ternyata malah lebih tinggi dari dua tahun yang lalu, dimana hasil hari ini 232 mg/dl dengan batas normal kurang dari 200.
Setelah aku refleksikan ternyata memang dari aku sendiri yang tidak kontrol pada konsumsi makanan. Gorengan, coffee-creamer, mie goreng.. hampir tiap hari...
Ya sudah, baru saja istirahat dan hampir menuangkan creamer ke dalam segera aku batalkan, ganti dengan teh hangat....

Minggu, Mei 31, 2009

Antara Wartel dan Hotel

Hari libur seperti biasanya diisi dengan memandikan dua malaikat kecilku...
Setelah Umar tuntas aku mandikan dan memakai pakaian, giliran Nasywa yang mesti dimandikan.

Sebenarnya Nasywa sudah biasa mandi sendiri, tapi kalau hari libur begini sering-sering ngalemnya muncul dan minta dimandikan.

Sesaat setelah guyuran pertama aku bilang ke Nasywa," Nanti kalau punya rumah sendiri kamar mandinya ndak kayak ini, nggak ada bak mandinya tapi pakai shower."

"Yang kayak di wartel itu, tah, Bi?" respon Nasywa.
"Wartel bagaimana?" tanyaku balik.
"Yang waktu kita masih di Pasuruan dulu itu, lho," jawab Nasywa.
"Hotel..." aku membenarkan sambil menahan tawa.

Memang, dulu waktu tinggal di Pasuruan istriku pernah mengisi pelatihan Quantum Learning di Hotel Songgoriti. Kebetulan dapat jatah satu kamar yang kalau malam kami isi berempat. Nasywa menikmati sekali dua malam tidur di sana, dengan bathub dan renang di hari terakhir.

"Bukan, cuma pancuran aja seperti di rumah Budhe Lilik, ndak pake bak-nya seperti yang di hotel itu.."

Sabtu, April 25, 2009

Oh Caleg Gagal…



Banyaknya kasus caleg gagal yang bertingkah aneh bahkan bunuh diri, mengindikasikan ketidaksiapan mental para caleg untuk kalah. Mereka hanya siap menang, dengan segudang impian dan harapan yg menjulang, hingga untuk mencapai impian tersebut apapun dilakukan, agar mimpi muluk mereka bisa terwujud.

Namun apa yg terjadi? Para caleg pemimpi tadi rupanya lupa, mereka punya otak tapi hanya dibawa, tidak dipakai. Mereka tidak tahu diri, tidak bisa mengukur kemampuan, sejauh mana peluang dan kemungkinan dirinya bisa terpilih. Akhirnya ketika gagal, sikap terlalu pede mereka berubah jadi bete….bahkan akhirnya gile…hehehe…!!!


http://wahyukokkang.wordpress.com/

Minggu, April 05, 2009

Umar Dua Tahun

Tidak berbeda dengan kakaknya dulu, tepat di usia dua tahunnya hari ini kami syukuri dengan hanya membuat dokumentasi foto saja.
Umar yang ngantuk saat pemotretan, sehingga tidak sedikitpun senyum tersungging saat diminta untuk senyum.

Sabtu, Maret 28, 2009

Sarapan Pagi-pagi Sekali

Pukul 3 dinihari tadi Umar sudah bangun. Mungkin dia terjaga mendengar jam waker yang disusul alarm dari 2 hanphone yang berbunyi. Setelah itu dia turun dari tempat tidur dan melangkah keluar kamar. Aku susul dia dan aku arahkan dia untuk tidur lagi.
Di ruang tengah masih tergelar matras yang biasa kami pakai untuk alas tidur-tiduran. Aku taruh bantal di atasnya dan kurebahkan Umar sembari aku pijit-pijit kakinya. Usahaku untuk menidurkan Umar gagal, bahkan dia bangkit dan asik bermain. Tidak lama setelah itu istriku juga bangun diteruskan wudhu dan qiyamullail.
Tanpa terasa waktu hampir mendekati pukul 4. Aku membangunkan Nasywa dan aku ajak ke kamar mandi untuk buang air kecil, khawatir keduluan ngompol. Selesai membantu Nasywa buang air kecil aku langsung mandi. Saat mengeringkan tubuh selepas mandi, aku dengar suara Umar minta makan.
"Aem... aem...!
Keluar dari kamar mandi aku lihat istriku sedang menggoreng.
"Sama telor dan kecap aja, ya?" kata istriku dari dalam dapur dengan nada bertanya.
"He..! Jam berapa ini sudah minta maem?" tanyaku ke Umar yang tetap asik dengan mainannya.
"Itu tadi yang minta maem Nasywa, terus Umar ikut-ikutan," kata istriku menjawab pertanyaanku.
Tidak lama kemudian acara sarapan pagi-pagi sekali pun dimulai.