Minggu, Juni 15, 2008

Mulan

Adzan Isya’ sudah berkumandang lebih dari setengah jam yang lalu saat aku hampir menyelesaikan beberapa cucian basah yang harus aku gantung di tali jemuran. Dengan sedikit ragu-ragu Nasywa menghampiriku.

“Bi, sudah,” sejurus kemudian Nasywa membuka percakapan.

“Sudah dirapikan semua?” tanyaku memastikan.

“Sudah,” jawab Nasywa singkat.

“Pinter...!! Hebat...!! Abi senang punya anak sholihah yang pinter dan hebat,” pujiku.

Beberapa saat tadi sebelum aku naik ke lantai dua untuk menggantung cucian, Nasywa sempat menangis keras. Kompor menyala yang sedianya untuk membuatkan teh permintaan Nasywa aku matikan. Itu aku lakukan karena Nasywa berusaha ingkar janji dengan tidak merapikan lagi mainan yang berserakan di lantai.

“Bi, rambutku dikuncir,” kata Nasywa.

“Siapa yang nguncir? Ummi’, ya?” tanyaku.

“Iya,” jawab Nasywa singkat.

“Aku kayak Mulan...,” sambung Nasywa kemudian.

Duerr..!!! Aku terhenyak dan kaget. Serasa ada gelegar halilintar di dekatku.

“Nasywa tahu dari mana nama Mulan?” tanyaku penuh selidik sembari membayangkan sosok seorang artis.

Sebab walau bagaimanapun aku ingin anak-anakku tidak kenal apalagi punya keinginan merengkuh dunia penuh glamour yang sering ditunjukkan di TV.

“Dik Nina kan punya kasetnya,” jawaban Nasywa atas pertanyaanku terakhir.

Aku masih sedikit shock dan hampir tidak percaya.

“Mulan itu jahat, ya, Bi?” Nasywa menyadarkanku dari kekagetanku barusan.

“Jahat bagaimana?” tanyaku penasaran.

“Mulan kan punya pedang,” kata Nasywa.

Oalaaaa... ternyata...

Dengan rasa penuh kelegaan dan sembari tersenyum aku baru menyadari, ternyata Mulan yang dimaksud Nasywa adalah tokoh serial kartun karya Walt Disney.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bahagia dan terima kasih untuk komentar yang diberikan...