Kamis, Juni 12, 2008

Anak Tangga Terakhir

Seusai sholat subuh tadi aku langsung mencuci pakaian kotor yang telah aku rendam sejak sebelum jam empat tadi, sementara istriku tidur lagi di mushola karena mengeluh punggungnya sakit. Sudah hampir 1 bulan ini semenjak pembantuku resign, aku yang mencuci pakaian dan istriku yang menyetrika.

Di tengah aku mencuci pakaian, Umar bangun dan bermain sendiri di ruang tengah, sedangkan kakaknya aku lihat tidur di lantai ruang tengah itu juga. Berbeda dengan kakaknya yang di usia 11 bulan sudah mulai berjalan, Umar yang di usia ke-14 bulan lebih tujuh hari pada hari ini masih “semangat” dengan merangkaknya.

Hampir jam enam kurang seperempat aku selesai mencuci dan aku taruh cucian basah ke dalam ember. Aku teringat kalau cucian kemarin belum aku angkat dan masih di lantai dua yang memang dibuat untuk menjemur cucian, makanya sebelum menjemur cucian basah aku harus mengangkat yang kering dulu. Sambil berjingkat aku menaiki tangga menuju lantai dua, khawatir Umar melihat dan bisa jadi ikut menuju ke lantai dua. Selama ini sih setiap Umar merangkak menaiki tangga ke lantai dua selalu dalam pengawasan paling tidak salah satu diantara kami bertiga, aku, ummi’nya atau kakaknya.

Selesai mengangkat pakaian kering aku segera menuju tangga untuk turun ke lantai satu. Alangkah terkejutnya aku ketika sampai di pintu lantai dua, kurang satu anak tangga lagi Umar sudah mencapai lantai dua.

“Ummiii’...!” teriakku.

“Lho..!, mana Umar?” kata istriku yang dari lantai dua aku lihat terbangun dan kaget mencari-cari Umar.

Istriku segera tertawa melihat aku membopong Umar di tangan kananku sementara tangan kiriku mengepit cucian kering.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bahagia dan terima kasih untuk komentar yang diberikan...