Rabu, Juli 02, 2008

Mbah Uyut

Baru saja membicarakan pengaturan lembur nanti sore dengan salah satu foreman-ku, hp-ku berdering. Ada nama kakakku di layar handphone.

“Assalamu’alaikum,” sapaku sesaat setelah memencet tombol terima.

“Wa’alaikum salam,” jawab lawan bicaraku yang ternyata keponakanku, Anis.

“Mas, Mbah Uyut gak ono,” lanjutnya.

“InnaliLlahi wa inna ilaihi roji’un,” responku yang kaget mendengar kabar duka.

Bergegas aku merapikan meja kerjaku setelah sebelumnya meminta maaf ke Agus agar masalah lembur disampaikan saja ke atasanku karena aku harus segera pulang.

Mbah Uyut adalah panggilan nenekku dari ibu yang meninggal di usia 96 tahun.

Salah satu yang paling aku ingat dengan Mbah Uyut, adalah saat kelas 1 SMA dulu di akhir tahun 1980-an. Bagaimana beliau berkorban untukku dengan menjual sebagian perhiasannya untuk dibelikan mesin ketik buatku.

Selamat jalan, Mbah. Do’a kami mengiringi, semoga segala amal kebaikan Mbah diterima Allah SWT dan semua dosa dan kesalahan diampuniNya.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bahagia dan terima kasih untuk komentar yang diberikan...